Selasa, 22 Maret 2016

JENIS TEKNIK ACCIDENTAL SAMPLING,SAMPLING PURPOSIVE,DAN QUOTA SAMPLING



3. ACCIDENTAL SAMPLING
Accidental sampling juga dikenal sebagai Sampling Peluang, Convenience Sampling atau pengambilan sampel bebas.
Accidental sampling/ Convenience sampling adalah non-probabilitas sampling teknik dimana subyek dipilih karena aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka kepada peneliti.Subyek dipilih hanya karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi.
Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk menguji seluruh penduduk, tetapi dalam banyak kasus, populasi terlalu besar sehingga mustahil untuk menyertakan setiap individu. Ini adalah alasan mengapa para peneliti sebagian besar bergantung pada teknik sampling seperti pengambilan sampel kenyamanan, yang paling umum dari semua teknik sampling. Banyak peneliti lebih memilih teknik sampling karena cepat, murah, mudah dan subyek yang tersedia.
          Berikut beberapa contoh Accidental sampling/ Convenience Sampling :
1.    Seseorang diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan dia mengenal orang tersebut. Kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan yang diajukan kepada mereka yang kebetulan yang dijumpai di pasar atau ditempat-tempat lainnya.
2.    Sebuah wartawan  surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom kuesioner di surat kabar tersebut. Tidak smua orang yang baca koran  punya minat pada masalah didalam kuesioner, atau punya waktu untuk menggunting kuesiomner dan mengirimkannya pada pos kendati gratis. Andai saja ada 5000 orang yang mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara akurat menggambarkan popoulasi. Mungkin saja kuesioner tersebut lebih punya nuansa menghibur ketimbang melakukan penelitian.

3.    Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya.

4.    ‘The person on the street interview’ program tv biasanya mewawancarai mereka yang dijumpai di jalan,  tetapi umumny a  mereka yang kelihatan tiadak menarik, miskin,, sangat tua dan tidak berpendidikan.

5.    Seorang peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah jakarta selatan ia menanyakan kepada orang ada dijalan atau orang yangdia jumpaibukan orang yang mengerti tantang kebersihan kota jakarta selatan seperti petugas kebersihan atau mendatangi kantor gubernur atau walikota  jakarta selatan.

6.    Seorang peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai sampel tetangganya, temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya yang semuanya termasuk kategori “anggota populasi penelitian” (dalam hal ini orang tua murid).

7.    Reporter televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat. Kelebihan dari pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan anggota sampel.
8.    Seorang kritikus makanan, misalnya, dapat mencoba makanan pembuka atau hidangan beberapa untuk menilai kualitas dan berbagai menu. Dan wartawan televisi sering mencari apa yang disebut 'orang-on-the-jalan wawancara' untuk mengetahui bagaimana orang melihat masalah.

9.    Sekelompok mahasiswa di sekolah tinggi melakukan studi tentang sikap guru. Mereka mewawancarai guru di sekolah, beberapa orang dalam keluarga dan beberapa orang lainnya yang diketahui keluarga mereka.Salah satu contoh yang paling umum convenience sampling menggunakan relawan mahasiswa sebagai subjek untuk penelitian.

10.               Contoh lain adalah menggunakan mata pelajaran yang dipilih dari sebuah klinik, sebuah kelas atau sebuah lembaga yang mudah diakses oleh peneliti. Contoh yang lebih konkret adalah memilih lima orang dari kelas atau memilih lima nama pertama dari daftar pasien. peneliti secara tidak sengaja tidak termasuk sebagian besar dari populasi. Contoh kenyamanan adalah salah satu kumpulan mata pelajaran yang dapat dijangkau atau pilihan diri individu bersedia untuk berpartisipasi yang dicontohkan oleh para sukarelawan Anda.

11.               Sebuah universitas memiliki sekitar 10.000 siswa. Ini 10.000 siswa penduduk kita (N). Masing-masing dari 10.000 siswa dikenal sebagai unit (meskipun kadang-kadang istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan unit, lihat Sampling: Dasar-dasar). Untuk memilih sampel (n) dari siswa dari populasi dari 10.000 siswa, kita bisa memilih untuk menggunakan sebuah sample yang acak. Mari kita bayangkan bahwa karena kami memiliki anggaran kecil dan waktu yang terbatas, kita memilih ukuran sampel 100 siswa.Contoh kenyamanan hanyalah salah satu tempat unit yang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel yang paling mudah untuk mengakses.
12.               Di mana pasien yang dipilih, sebagian atau seluruhnya, pada kenyamanan peneliti. Peneliti tidak berusaha, atau hanya usaha terbatas, untuk memastikan bahwa sampel ini adalah representasi akurat dari beberapa kelompok yang lebih besar atau populasi. Contoh klasik dari sebuah sample yang berdiri di sebuah pusat perbelanjaan dan memilih pembeli saat mereka berjalan dengan mengisi survei.

13.               Seorang ilmuwan bisa menggunakan metode ini untuk menentukan apakah sebuah danau tercemar. Dengan asumsi bahwa air danau dengan baik campuran.

14.               Convenience sampling umumnya mengasumsikan populasi homogen, dan bahwa satu orang adalah cukup banyak seperti yang lain. Sementara orang ini dikenal untuk berbeda, perbedaan dianggap probabilistik - sehingga jika 80% dari sampel lebih suka kopi untuk teh, Anda mungkin menyimpulkan bahwa 80% dari populasi pada umumnya akan memilih kopi. Dalam prakteknya, sampel Anda mungkin sebagian besar penduduk Paris kelas menengah dan tes yang sama di London dengan baik dapat memberikan hasil yang berbeda.







4.Purposive Sampling
      Purposive sampling adalah pengambilan sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel (jangan lupa yang mencerminkan populasinya).

Purposive sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan “penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data yang akurat).

Alasan menggunakan purposive sampling?
Seringkali banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel secara random (acak). Sehingga kalau menggunakan random sampling (sampel acak), akan menyulitkan peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.

Syarat-syarat menentukan sampel pada purposive sampling

    Penentuan karakteristik populasi dilakukan dengan cermat di dalam studi pendahuluan
    Pengambilan sampel harus didasarkan atas ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri pokok populasi
    Subjek yang diambil sebagai sampel benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang terdapat pada populasi

Kelebihan Metode Purposive Sampling?

    Sampel ini dipilih sedemikian rupa, sehingga relevan dengan desain penelitian
    Cara ini relatif mudah dan murah untuk dilaksanakan
    Sampel yang dipilih adalah individu yang menurut pertimbangan penelitian dapat didekati

Kekurangan Metode Purposive Sampling?

    Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel itu representatif seperti halnya dengan sampel acakan atau random
    Setiap sampling yang acakan atau random yang tidak memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih kepada semua anggota populasi
    Tidak dapat dipakai penggolongan statistik guna mengambil kesimpulan

Cara memilih sampel dengan menggunakan purposive sampling ?
Memilih sampel berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa yang digunakan. Jadi ditentukan dulu apa kriteria-kriteria sampel yang diambil. Misalnya di suatu kelas, peneliti mau melihat gambaran prestasi siswa yang mengikuti kegiatan osis, berarti sampel tidak bisa secara acak karena tidak setiap siswa di kelas tersebut merupakan anggota osis. Siswa yang diambil sebagai sampel tersebut haruslah ditentukan sendiri oleh peneliti dan ada kriterianya, dalam hal ini yaitu : siswa tersebut merupakan anggota osis.
Butuh bantuan untuk semua masalah riset dan kampus, konsultasikan dengan kami.
Mulai dari proposal riset, pembuatan bahan presentasi, penugasan dari dosen (makalah, dll), pelaporan riset, olah data dan lainnya.
Jangan bingung dengan tugas akhir, baik KTI, Skripsi, Tesis maupun Desertasi konsultasikan saja dengan kami. Silahkan hubungi kontak kami.








2. Quota sampling

 Teknik quota sampling adalah teknik pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak terhingga atau tidak jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari populasi tersebut.

Pada uraian terdahulu telah disebutkan bahwa penetapan banyaknya sampel yang akan diambil dengan quota sampling berbeda makna dan teknis dari penetapan jumlah sampel pada populasi terhingga. Pada populasi terhingga penetapan jumlah sampel yang akan diambil itu lazimnya bersifat “proporsional,” setidak-tidaknya memperhatikan “besaran atau banyaknya anggota populasi), sehingga sebanding atau mendekati sebanding jumlah anggota dalam populasi (bahkan selalu seiring dengan heteroginitas populasi), karena jumlah anggota populasi jelas hitungannya. Oleh karena jelas hitungan anggota populasinya, maka untuk representativitas, pengambilan sampel biasanya menggunakan persentase.

Pada quota sampling banyaknya sampel yang ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan akan relatif memadai untuk mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan dapat mencerminkan populasinya, tidak bisa diperhitungkan secara tegas proporsinya dari populasi, karena jumlah anggota populasi tidak diketahui secara pasti tadi. Quota sampling pasti, karenanya, nonrandom sampling.



Contoh:

Peneliti ingin mengetahui apa yang menjadi latar belakang (motivasi, niat) yang sesungguhnya dari para orang tua ingin menyekolahkan anaknya pada sekolah tertentu. Para orang tua di sini dimaksudkan mereka yang memiliki anak usia sekolah tertentu dan belum masuk ke sekolah tersebut (bukan orang tua murid, melainkan orang tua anak usia sekolah).

Keinginan para orang tua itu tentu bisa benar-benar dilaksanakan, bisa pula tidak. Kenapa? Jika sekolah itu sekolah yang termasuk elit, mungkin saja ada orang tua yang dalam hatinya ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, tetapi tidak bisa karena tak mampu dan alasan lainnya. Jadi, keinginan (motivasi, niat) itu sebenarnya ada, tapi tidak hendak (karena tidak bisa atau tidak mungkin) diaktualisasikan (diwujudkan).

Dengan “status” seperti itu maka jumlah populasi orang tua tersebut menjadi tak terhingga, karena orang tua anak usia sekolah yang “berkeinginan” itu bisa tak diketahui secara pasti. Ini berbeda dengan jumlah orang tua yang benar-benar mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yang bisa dipastikan jumlahnya akan terhingga, bisa dihitung, karena tercatat sebagai pendaftar (lebih-lebih yang benar-benar anaknya diterima).

Oleh karena berkeadaan seperti itu, maka peneliti dapat menetapkan besaran “kuota” sampel yang akan diambil dengan memperhitungkan yang mendaftar dan perkiraan banyaknya yang sebenarnya berkeinginan tadi. Jelasnya: Jika yang medaftar ada 200 orang–yang diterima mungkin hanya 90 orang–berapa kira-kira yang tidak mendaftar tetapi berkeinginan?

Catatan:

Jika penelitian ini melibatkan orang tua anak usia sekolah yang benar-benar mendaftarkan anaknya dan yang tidak mendaftarkan anaknya (tetapi berkeinginan tadi), maka ada dua subpopulasi dari populasi orang tua anak usia sekolah yang berminat mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yaitu (1) yang benar-benar mendaftar, dan (2) yang potensial (ada keinginan) mendaftar tapi tidak mendaftarkan anaknya.

Dari yang mendaftar (karena tercatat, jumlahnya pasti, jadi merupakan subpopulasi terhingga) tentu dapat diambil sampel dengan teknik-teknik probability sampling. Sampel yang akan diambil dengan quota sampling adalah sampel dari para orang tua yang berkeinginan tetapi tidak mendaftar.

Apabila penelitian dilakukan jauh hari sebelum masa pendaftaran dilakukan, maka populasinya secara sekeluruhan bersifat tak terhingga (hanya ada “satu” populasi, tidak terdiri atas “dua subpopulasi”), karena yang mendaftar belum ada. Oleh karenanya maka sampelnya dapat diambil dengan teknik quota sampling.

SUMBER : https://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii/

6 komentar:

  1. Assalamu'alaikum..
    Sugeng siang.. kenalkan nama saya eka.

    saya mau bertanya terkait teknik pengambilan sampel yang nantinya akan saya gunakan.
    saya sedang mengerjakan penelitian kuantitatif yang berjudul "Hubungan antara regulasi diri dan konformitas teman sebaya dengan prokratinasi akademik mahasiswa tingkat akhir di universitas "A"".
    saya kemaren mendapatkan data mahasiswa setiap fakultas yang ada di universitas "A" yang belum menyelesaikan studinya sesuai dengan alokasi waktu yang diberikan dengan lama studi lebih dari 8 semester (yang melakukan prokrastinasi) yakni 494 mahasiswa.
    Populasi yang saya ambil dalam penelitian ini adalah mahasiswa tingkat akhir di Universitas "A" yang sudah mengambil mata kuliah skripsi dan menempuh masa studi aktif lebih dari 8 semester minimal semester 10.
    saya masih bingung terkait teknik pengambilan sampel apa yang nantinya akan saya gunakan. apakah pakai purposive sampling atau quota sampling? dan apa alasannya?
    mohon penjelasannya....

    Terimakasih..

    BalasHapus
  2. Saya ingin bertanya
    Nama saya lifia

    Saya melakukan penelitian kuantitatif dengan judul analisis pengaruh citra merek, harga dan desain produk terhadap keputusan pembelian mobil nissan grand livina.
    Populasi yg saya ambil sebanyak 208 orang.

    Saya masih bingung terkait teknik pengambilan sampel apa yang akan saya gunakan. Apakah pakai purposive sampling atau accidental sampling ? Dan alasannya

    Terima kasih banyak..

    BalasHapus
  3. saya ingin bertanya
    perkenalkan nama saya ita

    saya ingin melakukan penelitian kuantitatif dengan judul pengaruh caring perawat terhadap tingkat kecemasan pasien sebelum operasi katarak.

    Untuk tehnik pengambilan samplingnya sebaiknya saya menggunakan incidental sampling atau kuota sampling?
    Mohon sarannya,terima kasih

    BalasHapus
  4. adakah rumusnya accidental sampling atau tidak klau ada ijin share ka

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus