If you're
looking for a job, which is required to have proper english skills, especially
where is located in non-english speaking countries, taking TOEIC should be
better than TOEFL. TOEIC focuses on how to use english as a mean of doing
business. On the other hand TOEFL is more like a test, which is used to enter
universities in english speaking countries such as US and Canada. In other
words you should choose a test , whether TOEIC or TOEFL, more suitable for your
purpose.
Rabu, 23 Maret 2016
Selasa, 22 Maret 2016
JENIS TEKNIK ACCIDENTAL SAMPLING,SAMPLING PURPOSIVE,DAN QUOTA SAMPLING
3. ACCIDENTAL
SAMPLING
Accidental sampling juga dikenal sebagai Sampling
Peluang, Convenience Sampling atau pengambilan sampel bebas.
Accidental sampling/ Convenience sampling
adalah non-probabilitas sampling teknik dimana subyek dipilih karena
aksesibilitas nyaman dan kedekatan mereka kepada peneliti.Subyek dipilih hanya
karena mereka paling mudah untuk merekrut studi dan peneliti tidak mempertimbangkan
memilih mata pelajaran yang mewakili seluruh populasi.
Dalam semua bentuk penelitian, akan sangat ideal untuk
menguji seluruh penduduk, tetapi dalam banyak kasus, populasi terlalu besar
sehingga mustahil untuk menyertakan setiap individu. Ini adalah alasan mengapa
para peneliti sebagian besar bergantung pada teknik sampling seperti
pengambilan sampel kenyamanan, yang paling umum dari semua teknik sampling.
Banyak peneliti lebih memilih teknik sampling karena cepat, murah, mudah dan
subyek yang tersedia.
Berikut beberapa contoh Accidental sampling/ Convenience Sampling :
1. Seseorang
diambil sebagai sampel karena kebetulan orang tadi ada di situ atau kebetulan
dia mengenal orang tersebut. Kita ingin meneliti pendapat masyarakat tentang
kenaikan harga atau keluarga berencana, maka pertanyaan yang diajukan kepada
mereka yang kebetulan yang dijumpai di pasar atau ditempat-tempat lainnya.
2. Sebuah
wartawan surat kabar bertanya kepada pambaca lewat kolom kuesioner di
surat kabar tersebut. Tidak smua orang yang baca koran punya minat pada
masalah didalam kuesioner, atau punya waktu untuk menggunting kuesiomner dan
mengirimkannya pada pos kendati gratis. Andai saja ada 5000 orang yang
mengembalikan, tetapi kendati besar “sampel” itu tidak bisa secara akurat
menggambarkan popoulasi. Mungkin saja kuesioner tersebut lebih punya nuansa
menghibur ketimbang melakukan penelitian.
3. Seorang
peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan
prestasi belajar anak-anaknya.
4. ‘The person
on the street interview’ program tv biasanya mewawancarai mereka yang dijumpai
di jalan, tetapi umumny a mereka yang kelihatan tiadak menarik,
miskin,, sangat tua dan tidak berpendidikan.
5. Seorang
peneliti ingin mengetahui tentang kebersihan wilayah jakarta selatan ia
menanyakan kepada orang ada dijalan atau orang yangdia jumpaibukan orang yang
mengerti tantang kebersihan kota jakarta selatan seperti petugas kebersihan
atau mendatangi kantor gubernur atau walikota jakarta selatan.
6. Seorang
peneliti ingin mengetahui partisipasi orang tua murid dalam meningkatkan
prestasi belajar anak-anaknya. Peneliti mengambil sebagai sampel tetangganya,
temannya, kerabatnya, sejawatnya, dan kenalannya yang semuanya termasuk
kategori “anggota populasi penelitian” (dalam hal ini orang tua murid).
7. Reporter
televisi mewawancarai warga yang kebetulan sedang lewat. Kelebihan dari
pengambilan sesaat ini adalah kepraktisan dalam pemillihan anggota sampel.
8. Seorang
kritikus makanan, misalnya, dapat mencoba makanan pembuka atau hidangan
beberapa untuk menilai kualitas dan berbagai menu. Dan wartawan televisi sering
mencari apa yang disebut 'orang-on-the-jalan wawancara' untuk mengetahui
bagaimana orang melihat masalah.
9. Sekelompok mahasiswa
di sekolah tinggi melakukan studi tentang sikap guru. Mereka mewawancarai guru
di sekolah, beberapa orang dalam keluarga dan beberapa orang lainnya yang
diketahui keluarga mereka.Salah satu contoh yang paling umum convenience
sampling menggunakan relawan mahasiswa sebagai subjek untuk penelitian.
10.
Contoh lain adalah menggunakan mata pelajaran yang
dipilih dari sebuah klinik, sebuah kelas atau sebuah lembaga yang mudah diakses
oleh peneliti. Contoh yang lebih konkret adalah memilih lima orang dari kelas
atau memilih lima nama pertama dari daftar pasien. peneliti secara tidak
sengaja tidak termasuk sebagian besar dari populasi. Contoh kenyamanan adalah
salah satu kumpulan mata pelajaran yang dapat dijangkau atau pilihan diri individu
bersedia untuk berpartisipasi yang dicontohkan oleh para sukarelawan Anda.
11.
Sebuah universitas memiliki sekitar 10.000 siswa. Ini
10.000 siswa penduduk kita (N). Masing-masing dari 10.000 siswa dikenal sebagai
unit (meskipun kadang-kadang istilah lain yang digunakan untuk menggambarkan
unit, lihat Sampling: Dasar-dasar). Untuk memilih sampel (n) dari siswa dari
populasi dari 10.000 siswa, kita bisa memilih untuk menggunakan sebuah sample
yang acak. Mari kita bayangkan bahwa karena kami memiliki anggaran kecil dan
waktu yang terbatas, kita memilih ukuran sampel 100 siswa.Contoh kenyamanan
hanyalah salah satu tempat unit yang dipilih untuk dimasukkan dalam sampel yang
paling mudah untuk mengakses.
12.
Di mana pasien yang dipilih, sebagian atau seluruhnya,
pada kenyamanan peneliti. Peneliti tidak berusaha, atau hanya usaha terbatas,
untuk memastikan bahwa sampel ini adalah representasi akurat dari beberapa
kelompok yang lebih besar atau populasi. Contoh klasik dari sebuah sample yang
berdiri di sebuah pusat perbelanjaan dan memilih pembeli saat mereka berjalan
dengan mengisi survei.
13.
Seorang ilmuwan bisa menggunakan metode ini untuk
menentukan apakah sebuah danau tercemar. Dengan asumsi bahwa air danau dengan
baik campuran.
14.
Convenience sampling umumnya mengasumsikan populasi
homogen, dan bahwa satu orang adalah cukup banyak seperti yang lain. Sementara
orang ini dikenal untuk berbeda, perbedaan dianggap probabilistik - sehingga
jika 80% dari sampel lebih suka kopi untuk teh, Anda mungkin menyimpulkan bahwa
80% dari populasi pada umumnya akan memilih kopi. Dalam prakteknya, sampel
Anda mungkin sebagian besar penduduk Paris kelas menengah dan tes yang sama di
London dengan baik dapat memberikan hasil yang berbeda.
4.Purposive
Sampling
Purposive sampling adalah pengambilan
sampel secara sengaja sesuai dengan persyaratan sampel yang diperlukan. Dalam
bahasa sederhana purposive sampling itu dapat dikatakan sebagai secara sengaja
mengambil sampel tertentu (jika orang maka berarti orang-orang tertentu) sesuai
persyaratan (sifat-sifat, karakteristik, ciri, kriteria) sampel (jangan lupa
yang mencerminkan populasinya).
Purposive
sampling juga disebut judgmental sampling, yaitu pengambilan sampel berdasarkan
“penilaian” (judgment) peneliti mengenai siapa-siapa saja yang pantas (memenuhi
persyaratan) untuk dijadikan sampel. Oleh karenanya agar tidak sangat
subjektif, peneliti harus punya latar belakang pengetahuan tertentu mengenai
sampel dimaksud (tentu juga populasinya) agar benar-benar bisa mendapatkan
sampel yang sesuai dengan persyaratan atau tujuan penelitian (memperoleh data
yang akurat).
Alasan
menggunakan purposive sampling?
Seringkali
banyak batasan yang menghalangi peneliti mengambil sampel secara random (acak).
Sehingga kalau menggunakan random sampling (sampel acak), akan menyulitkan
peneliti. Dengan menggunakan purposive sampling, diharapkan kriteria sampel
yang diperoleh benar-benar sesuai dengan penelitian yang akan dilakukan.
Syarat-syarat
menentukan sampel pada purposive sampling
Penentuan karakteristik populasi dilakukan
dengan cermat di dalam studi pendahuluan
Pengambilan sampel harus didasarkan atas
ciri-ciri, sifat- sifat, atau karakteristik tertentu, yang merupakan ciri-ciri
pokok populasi
Subjek yang diambil sebagai sampel
benar-benar merupakan subjek yang paling banyak mengandung ciri-ciri yang
terdapat pada populasi
Kelebihan
Metode Purposive Sampling?
Sampel ini dipilih sedemikian rupa,
sehingga relevan dengan desain penelitian
Cara ini relatif mudah dan murah untuk
dilaksanakan
Sampel yang dipilih adalah individu yang
menurut pertimbangan penelitian dapat didekati
Kekurangan
Metode Purposive Sampling?
Tidak ada jaminan sepenuhnya bahwa sempel
itu representatif seperti halnya dengan sampel acakan atau random
Setiap sampling yang acakan atau random
yang tidak memberikan kesempatan yang sama untuk dipilih kepada semua anggota
populasi
Tidak dapat dipakai penggolongan statistik
guna mengambil kesimpulan
Cara
memilih sampel dengan menggunakan purposive sampling ?
Memilih
sampel berdasarkan purposive sampling tergantung kriteria apa yang digunakan.
Jadi ditentukan dulu apa kriteria-kriteria sampel yang diambil. Misalnya di
suatu kelas, peneliti mau melihat gambaran prestasi siswa yang mengikuti
kegiatan osis, berarti sampel tidak bisa secara acak karena tidak setiap siswa
di kelas tersebut merupakan anggota osis. Siswa yang diambil sebagai sampel
tersebut haruslah ditentukan sendiri oleh peneliti dan ada kriterianya, dalam
hal ini yaitu : siswa tersebut merupakan anggota osis.
Butuh
bantuan untuk semua masalah riset dan kampus, konsultasikan dengan kami.
Mulai
dari proposal riset, pembuatan bahan presentasi, penugasan dari dosen (makalah,
dll), pelaporan riset, olah data dan lainnya.
Jangan
bingung dengan tugas akhir, baik KTI, Skripsi, Tesis maupun Desertasi
konsultasikan saja dengan kami. Silahkan hubungi kontak kami.
2. Quota
sampling
Teknik quota sampling adalah teknik
pengambilan sampel dengan cara menetapkan jumlah tertentu sebagai target yang
harus dipenuhi dalam pengambilan sampel dari populasi (khususnya yang tidak
terhingga atau tidak jelas), kemudian dengan patokan jumlah tersebut peneliti
mengambil sampel secara sembarang asal memenuhi persyaratan sebagai sampel dari
populasi tersebut.
Pada
uraian terdahulu telah disebutkan bahwa penetapan banyaknya sampel yang akan
diambil dengan quota sampling berbeda makna dan teknis dari penetapan jumlah
sampel pada populasi terhingga. Pada populasi terhingga penetapan jumlah sampel
yang akan diambil itu lazimnya bersifat “proporsional,” setidak-tidaknya
memperhatikan “besaran atau banyaknya anggota populasi), sehingga sebanding
atau mendekati sebanding jumlah anggota dalam populasi (bahkan selalu seiring
dengan heteroginitas populasi), karena jumlah anggota populasi jelas
hitungannya. Oleh karena jelas hitungan anggota populasinya, maka untuk
representativitas, pengambilan sampel biasanya menggunakan persentase.
Pada
quota sampling banyaknya sampel yang ditetapkan itu hanya sekedar perkiraan
akan relatif memadai untuk mendapatkan data yang diperlukan yang diperkirakan
dapat mencerminkan populasinya, tidak bisa diperhitungkan secara tegas proporsinya
dari populasi, karena jumlah anggota populasi tidak diketahui secara pasti
tadi. Quota sampling pasti, karenanya, nonrandom sampling.
Contoh:
Peneliti
ingin mengetahui apa yang menjadi latar belakang (motivasi, niat) yang
sesungguhnya dari para orang tua ingin menyekolahkan anaknya pada sekolah
tertentu. Para orang tua di sini dimaksudkan mereka yang memiliki anak usia
sekolah tertentu dan belum masuk ke sekolah tersebut (bukan orang tua murid,
melainkan orang tua anak usia sekolah).
Keinginan
para orang tua itu tentu bisa benar-benar dilaksanakan, bisa pula tidak.
Kenapa? Jika sekolah itu sekolah yang termasuk elit, mungkin saja ada orang tua
yang dalam hatinya ingin menyekolahkan anaknya ke sekolah tersebut, tetapi
tidak bisa karena tak mampu dan alasan lainnya. Jadi, keinginan (motivasi,
niat) itu sebenarnya ada, tapi tidak hendak (karena tidak bisa atau tidak
mungkin) diaktualisasikan (diwujudkan).
Dengan
“status” seperti itu maka jumlah populasi orang tua tersebut menjadi tak
terhingga, karena orang tua anak usia sekolah yang “berkeinginan” itu bisa tak
diketahui secara pasti. Ini berbeda dengan jumlah orang tua yang benar-benar
mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yang bisa dipastikan jumlahnya akan
terhingga, bisa dihitung, karena tercatat sebagai pendaftar (lebih-lebih yang
benar-benar anaknya diterima).
Oleh
karena berkeadaan seperti itu, maka peneliti dapat menetapkan besaran “kuota”
sampel yang akan diambil dengan memperhitungkan yang mendaftar dan perkiraan
banyaknya yang sebenarnya berkeinginan tadi. Jelasnya: Jika yang medaftar ada
200 orang–yang diterima mungkin hanya 90 orang–berapa kira-kira yang tidak
mendaftar tetapi berkeinginan?
Catatan:
Jika
penelitian ini melibatkan orang tua anak usia sekolah yang benar-benar
mendaftarkan anaknya dan yang tidak mendaftarkan anaknya (tetapi berkeinginan
tadi), maka ada dua subpopulasi dari populasi orang tua anak usia sekolah yang
berminat mendaftarkan anaknya ke sekolah tersebut, yaitu (1) yang benar-benar
mendaftar, dan (2) yang potensial (ada keinginan) mendaftar tapi tidak
mendaftarkan anaknya.
Dari
yang mendaftar (karena tercatat, jumlahnya pasti, jadi merupakan subpopulasi
terhingga) tentu dapat diambil sampel dengan teknik-teknik probability
sampling. Sampel yang akan diambil dengan quota sampling adalah sampel dari
para orang tua yang berkeinginan tetapi tidak mendaftar.
Apabila
penelitian dilakukan jauh hari sebelum masa pendaftaran dilakukan, maka
populasinya secara sekeluruhan bersifat tak terhingga (hanya ada “satu”
populasi, tidak terdiri atas “dua subpopulasi”), karena yang mendaftar belum
ada. Oleh karenanya maka sampelnya dapat diambil dengan teknik quota sampling.
SUMBER
: https://tatangmanguny.wordpress.com/2009/06/30/sampel-sampling-dan-populasi-penelitian-bagian-ii-teknik-sampling-ii/
Langganan:
Postingan (Atom)